[ PUISI ]
Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik
Unsur instrinsik yang membangun puisi adalah:
a. Tema: sesuatu yang menjadi dasar puisi, sesuatu yang menjiwai puisi, atau sesuatu yang menjadi poko masalah dalam puisi;
b. Pilihan kata atau diksi: ketepatan penggunaan kata-kata yang dapat menentukan kekuatan konsep, daya sugesti, pengimajinasian, atau ekspresi yang diungkapakn penyair;
c. Penggunaan bahasa piguratif atau majas: fungsinya adalah untuk mengahasilkan kesenangan imajinatif, menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga konsep abstrak menjadi konkret dan puisi menjadi lebih nikmat dibaca, menambah intensitas perasaan penyair, meningkatkan konsentrasi makna, dapat menyampaikan sesuatu yang luas dengan bahasa yang singkat;
d. Rima: pengulangan bunyi untuk membentuk keindahan bunyi;
e. Tipografi atau tata wajah: penataan larik atau baris-baris puisi untuk membentuk bait yang padu sehingga menimbulkan aspek kekuatan makna dan ekspresi penyair.
Adapun unsur ekstrinsik puisi adalah sebagai berikut: unsur sosial, agama, budaya, ekonomi, politik, biografi penyair, dan sebagainya.
Membaca Puisi
Ragam membaca puisi:
a. Membaca indah: pembacaan puisi yang menitik-beratkan pada ketepatan pemahaman, keindahan vokal, dan ketepatan ekspresi.
b. Deklamasi: pembacaan puisi yang menekankan pada ketepatan pemahaman, keindahan vokal, ketepatan ekspresi wajah, dan disertai gerak-gerik tubuh yang lebih bebas.
c. Dramatisasi: pembacaan puisi yang memperagakan peristiwa-peristiwa dalam puisi dengan lakuan tubuh yang sesuai. Puisi dipandang sebagai satu-kesatuan peristiwa yang dapat diperagakan dalam suatu pementasan.
d. Musikalisasi: pembacaan puisi yang diiringi dengan musik atau puisi yang dijadikan lagu atau nyanyian.
Ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi dalam membaca puisi adalah:
▫ Jelas terdengar pengucapan kata, suku kata, frasa, dan kalimatnya;
▫ Menggunakan intonasi bervariasi, berganti-ganti sesuai dengan isi puisi, baik dalam irama, tempo, dinamik, nada, maupun jeda;
▫ Membaca sampai terasa gerak bibir dan otot-otot alat suara;
▫ Menggunakan artikulasi yang jelas, cermat dan teratur;
▫ Mengusahakan penghayatan, penampilan, dan suasana yang berkarakter;
▫ Menggunakan gerak-gerik memikat, sederhana, tidak dibuat-buat namun indah;
▫ Menggunakan nafas penuh;
▫ Memanfaatkan tanda-tanda intonasi yang telas dituliskan di dalam teks;
▫ Ekspresi wajah tampak jelas dan penampilan rapi sesuai dengan maksud puisi;
▫ Melaksanakan tata tertib membaca puisi.
[ CERPEN ]
Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik
Unsur-unsur instrinsik: yang membangun cerpen:
a. Tema: gagasan atau ide sentral yang menjadi pangkal tolak sekaligus sasaran karangan tersebut.
b. Amanat: pesan yang ingin disampaikan si pengarang, biasanya terkandung secara eksplisit maupun implisit.
c. Plot/alur: sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan hukum sebab-akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, melainkan yang lebih penting adalah menjelaskan bagaimana hal itu terjadi. Biasanya alur cerita bergerak melalui 5 tahap sebagaimana berikut:
▫ Pengantar/perkenalan: lukisan keadaan yang mengantarkan pembaca pada masalah, tema, atau jalan cerita,
▫ Penampilan masalah/pertikaian: pelaku mulai menghadapi permasalahan atau konflik,
▫ Klimaks/krisis: tahap yang menggambarkan permasalahan ketika mencapai puncaknya,
▫ Anti-klimaks (penurunan/peleraian): permasalahan mulai dapat diatasi oleh tokoh atau pelaku cerita,
▫ Ending (penyelesaian masalah).
d. Penokohan: sifat-sifat atau karakter tokoh dalam cerita itu, baik karakter individu mapupun karakter sosial. Ada 2 metode dalam penggambaran tokoh, yaitu:
▫ Metode analitik: penggambaran watak secara secara langsung atau gamblang dengan jalan menyebutkan sifat-sifatnya, misalnya keras kepala, pemarah, pemalu, dsb,
▫ Metode dramatik: penggambaran watak tokoh secara samar melalui teknik berikut: a. pilihan nama (misalnya nama Kang Joko menggambarkan orang desa, sedangkan Mas Jecky mewakili orang kota), b. penggambaran fisik (misalnya dari cara berpakaian, postur tubuh, reaksi antar-tokoh, dsb), c. penggambaran melalui percakapan (misalnya melalui dialog maupun monolog).
Jadi bila diperinci secara lebih detail, maka seorang pengarang dalam melukiskan tokohnya adalah dengan melalui metode berikut:
▫ Langsung bentuk lahir tokoh
▫ Dalam pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam pikirannya
▫ Reaksi tokoh terhadap suatu kejadian
▫ Keadaan sekitar tokoh
▫ Pandangan seorang tokoh terhadap tokoh lain
▫ Dialog antar-tokoh tentang keadaan, watak, atau pribadi tokoh lain
Adapun kategori tokoh dalam cerita adalah:
▫ Protagonis: tokoh yang mempunyai sifat atau watak baik yang berperan sebagai tokoh utama maupun sebagai tokoh idaman;
▫ Antagonis: tokoh yang berperan sebagai pesaing atau penantang tokoh utama;
▫ Figuran (pembantu): tokoh yang kehadirannya mendampingi keberadaan tokoh utama.
e. Latar (setting): meliputi latar tempat, waktu, dan suasana.
f. Pusat pengisahan (sudut pandang/point of view): cara pengarang dalam menempatkan dirinya dalam cerita, yaitu dengan teknik berikut:
▫ Author-omniscient (pengarang serbatahu; sebagai orang ketiga), pengarang biasanya mengguna-kan kata “dia” untuk tokoh utama,
▫ Author-participant (pengarang turut serta mengambil bagian dalam cerita), pengarang menggu-nakan kata “aku” sebagai tokoh cerita,
▫ Author-observer (pengarang hanya sebagai peninjau, pemerhati, atau pengamat), pengarang seolah-olah tidak mengetahui jalan pikiran tokohnya hanya mengikuti apa yang dilakukan tokoh,
▫ Multiple (campur-aduk), yaitu capuran dari ketiganya.
Adapun unsur-unsur ekstrinsik yang turut membangun sebuah serpen adalah:
a. Latar belakang pengarang (biografi)
b. Latar belakang masyarakat (politik, ekonomi, sosial, agama, dan budaya)
c. Latar belakang sejarah (history)
d. Pandangan hidup pengarang
Perbedaan Cerpen dengan Novel
a. CERPEN
▫ Alur lebih sederhana
▫ Tokoh yang dimunculkan hanya beberapa orang
▫ Latar dilukiskan sepintas dan terbatas
▫ Tema mengupas masalah yang sederhana
b. NOVEL
▫ Alur lebih rumit dan panjang
▫ Tokohnya berjumlah banyak dan tokoh mengalami perubahan nasib
▫ Latar dilukiskan secara luas dan dalam waktu yang lebih lama
▫ Tema lebih kompleks
[ DRAMA ]
Definisi dan Jenis Drama
Drama adalah suatu cerita kehidupan manusia yang disajikan dengan gerak. Drama dapat pula disebut sebagai suatu bentuk cerita komflik sikap dan sifat manusia dalam bentuk dialog atau percakapan yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan gerak di hadapan pendengar atau penonton.
Menurut isinya, drama dibagi menjadi lima jenis sebagai berikut:
a. Tragedi, yaitu drama yang isinya menyedihkan karena kemalangan yang dialami oleh pelaku utamanya. Contoh: Romeo & Juliet, Roro Mendut dan Prono Citro, dan Hamlet.
b. Komedi, yaitu drama yang isinya lucu atau menggembirakan. Contoh: Tuan Amin, atau Si Kabayan
c. Tragedi dan Komedi, yaitu drama yang penuh dengan kesedihan tetapi juga ada hal-hal yang menggembirakan atau menyenangkan hati. Contoh: Api karya Usmar Ismail, Saija dan Adinda karya Multatuli
d. Opera, yaitu drama yang isinya nyanyian dan musik. Nyanyian digunakan sebagai dialog. Contoh: Julius Caesar terjemahan Moh. Yamin
e. Tablo, yaitu drama tanpa kata-kata, drama ini mirip dengan pantomim.
Menyimak Pementasan Drama
Jika kita sedang menyimak atau menikmati sebuah pementasan drama, maka hendaknya mem-perhatikan hal-hal berikut:
▫ Acting, yaitu bagai mana sang aktor memerankan tokoh yang dimainkanya apakah peniruanya berhasil. Gerak-gerik, ekspresi dan dialeknya.
▫ Vokal, yaitu pengucapannya apakah bisa terdengar ke arena penonton? Apakah karakteristik suara yang diciptakan sang aktor sesuai dengan karakter yang diperankannya? Misalnya memerankan kakek-kakek, apakah sudah seperti kakek-kakek atau belum vokalnya itu?
▫ Ekspresi, yaitu ekspresi wajah aktor, apakah sudah mewakili karakter yang dijiwainya. Sebab acting itu keluar dari dalam penjiwaan, dan akan memperlihatkan ekspresi wajah atau raut mukanya.
▫ Blocking, yaitu letak sang aktor bermain di atas panggung. Seorang aktor yang ahli bermain drama sangat memperhatikan blocking agar panggung terisi atau terkomposisi dengan baik. Karena panggung adalah arena untuk bermain, artinya untuk penyebaran acting harus mengisi semua arena panggung. Letak aktor ber-acting disebut blocking.
▫ Penata kostum, yaitu penilai terhadap kesesuaian sang aktor menggunakan kostum untuk mewakili karakternya
▫ Penata rias, yaitu sang aktor yang dirias wajahnya apakah sudah sesuai dengan karakter yang dibawakannya.
▫ Penata musik, apakah sudah sesuai dengan cerita yang dibawakannya sehingga mampu mencipta-kan suasana cerita
▫ Penata panggung atau setting, apakah sudah sesuai dengan cerita atau belum?
Apresiasi Drama
Drama adalah peniruan kehidupan. Tentu saja pijakannya adalah kehidupan si pengarang sehingga berpengaruh terhadap tulisannya. Akibatnya, berpengaruh terhadap sosiosastra (warna lokal akan terasa sekali). Warna lokal itu berupa: tema yang kedaerahan, pola penyajian cerita, atau nama-nama tokoh.
Langkah-langkah dalam mengapresiasi karya drama adalah sebagai berikut:
▫ Libatkan jiwa pembaca terhadap suatu peristiwa dalam drama,
▫ Teliti hubungan mantik (logis) antara gerak-gerik pikiran, perasaan, dan khayalnya dengan unsur-unsur drama dalam karya drama itu; teliti juga unsur-unsur drama sebagai pengungkap buah pikiran sang dramawan,
▫ Menemukan atau tidak menemukan relevansi antara buah pikiran pengarang dengan pengalaman pribadinya dan pengalaman masyarakat umum.