Laman

Rabu, 25 Agustus 2010

KIAT SUKSES BELAJAR

KIAT SUKSES BELAJAR (DI PESANTREN)
Oleh : A. Fauzan Rofiq



A. Pendahuluan
Sudah seharusnya manusia hidup tumbuh dan berkembang. Dengan pertumbuhan dan perkembangan itu dapat mengadakan penyesuaian dengan lingkungannya dan dapat menjawab segala permasalahan yang datang. Sudah sepatutnya manusia mengalami perubahan tingkah laku. Dengan perubahan-perubahan tingkah laku itu manusia akan mampu mencari dan me-nemukan kesejahteraan hidupnya. Suatu usaha agar kita senantiasa tumbuh, berkembang dan berubah adalah belajar.
Namun demikian kita masih sulit menentukan apakah belajar itu dan bagaimana proses guna menciptakan kondisi belajar, sehingga membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Ba-nyak orang beranggapan, bahwa belajar adalah menuntut ilmu, menyerap pengetahuan, meru-bah tingkah laku dan sebagainya. Tapi apakah dengan belajar semacam ini orang menjadi tum-buh dan berkembang. Jika demikian bahwa orang yang belajar itu tak ubahnya seperti sebuah benjana kosong yang perlu diisi. Apabila bejana itu diisi sebanyak-banyaknya, berapa yang dapat masuk. Dari sebanyak yang masuk tentunya sesuai dengan daya tampung bejana itu.

B. Makna Belajar
Definisi tentang makna “belajar” sangat banyak dan beragam. Di bawah ini pendapat beberapa tokoh:
Menurut James G. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai “Proses dimana ting-kah laku ditimbulkan atau dirubah melalui latihan atau pengalaman.” (Wasty Soemanto, 1989: 130)
L. Kungsky mengatakan, “Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau dirubah melalui praktek atau latihan.” (Ibid, 1999: 131)
Bilgard mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu aktivitas ditimbulkan atau Dirubah melalui prosedur latihan, apakah itu di laboratorium atau lingkungan alam, sebagaimana juga terutama dari perubahan-perubahan oleh beberapa faktor yang tidak dianggap berasal dari latihan. (S. Nasution, 1989: 58)
Dengan demikian jelaslah tujuan belajar, yaitu sebagai sasaran yang hendak dicapai, meliputi: “Pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecekatan pembentukan sikap dan perbuatan. (Winarno Surachman, 1979: 50)
Prof. Bloom mengemukakan bahwa pengajaran itu harus mencakup tiga domains (bidang) tingkah laku manusia, yakni: “Memperoleh pengetahuan, memiliki suatu keterampilan, mempunyai sikap tertentu.” (Team Didaktik Metodik IKIP Surabaya, 1981: 29).
Apapun definisi tentang belajar itu, yang jelas belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kuali-tatif individu, sehingga tingkah lakunya berkem-bang. Semua aktivitas dan proses hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar.

C. Bagaimana Seharusnya Belajar?
Ketika kita belajar, hendaknya menyiapkan segala sesuatunya yang sekiranya dapat mem-bantu dan mendukung aktivitas belajar tersebut. Di antaranya adalah:
a. Penyediaan Fasilitas Belajar
Syarat utama dalam belajar dengan sebaik-baiknya ini meliputi keadaan sekeliling tempat belajar dan keadaan jasmani siswa. Syarat untuk dapat belajar dengan sebaik-baik-nya ialah tersedianya tempat belajar siswa. Sebuah keberhasilan belajar itu banyak dipe-ngaruhi oleh adanya kesediaan fasilitas belajar yang harus dipenuhi oleh orang tua adalah:
1) Tempat belajar
Menurut The Liang Gie, bahwa salah satu syarat untuk dapat belajar dengan sebaik-baiknya ialah tersedianya tempat belajar. Tempat tersebut sekiranya dapat membuat suasana yang mendukung konsentrasi belajar.
2) Penerangan cahaya yang cukup
Syarat lain untuk belajar dengan baik ialah yang diberikan oleh cahaya matahari karena warnanya yang putih dan sangat intensif. Untuk kamar belajar penerangan yang terbaik ialah apabila di atas dipasang lampu yang memberikan penerangan tak langsung untuk menerangi seluruh kamar, sehingga sifatnya merata dan tidak menimbulkan bayangan, penerangan yang secara tidak langsung benar-benar bersifat lemah sehingga tidak begitu cepat menimbulkan kelelahan pada mata.
3) Alat-alat pelajaran
Belajar tidak dapat pula dilakukan tanpa adanya alat-alat belajar secukupnya, semakin lengkap alat-alat itu semakin dapat orang belajar yang tidak terganggu. Di samping buku pelajaran, alat-alat yang harus dimiliki sendiri oleh setiap siswa misalnya boll point, penggaris, penghapus, notes dan buku literatur lainnya. The Liang Gie berpendapat, “Semakin lengkap alat tulis atau perlengkapan belajar seorang anak, semakin ia belajar dengan lebih baik.” (1986:47)
b. Mengatur waktu belajar
Mengatur waktu belajar sangat besar manfaatnya. Mengatur berarti membagi waktu kegiatan dan porsi belajar sehari-hari. Dalam hal ini, yang sangat dibutuhkan adalah kedisip-linan dan konsistensi.
c. Berdiskusi/belajar kelompok
Berdiskusi termasuk salah satu akivitas belajar yang sangat membantu pemahaman dan pendalaman materi pelajarn. Dengan berdiskusi, seseorang akan dapat menggali dan mem-peroleh informasi yang lebih serta dapat mengukur tingkat pencapaian belajarnya.
d. Pengawasan Kesehatan
Dari keadaan sekeliling tempat belajar setiap anak perlu berlatih memperhatikan jas-maninya untuk dapat belajar dengan baik anak harus mempunyai tubuh yang sehat, tanpa jasmani yang sehat pikirannya tidak akan belajar dengan baik. Betapapun cerdas dan rajin-nya anak itu, tetapi kalau ia sakit pasti sukar sekali untuk memperoleh kemajuan dalam pelajaranya, keadaan fisik yang lemah merupakan penghalang yang sangat berat untuk dapat menyelesaikan pelajaran di sekolah. Berhubungan dengan itu maka orang tua harus menjaga kesehatan anak secara teratur. Gejala-gejala kecil yang menunjukkakan adanya gangguan terhadap kesehatan badannya harus diberi perhatian sepenuhnya.

D. Metode Belajar Efektif dan Berbarokah
Dalam konteks kepesantrenan yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan agama, juga memiliki kiat-kiat belajar sekses dan barokah. Kiat-kiat itu hampir selalu merujuk pada kitab Ta’limul Muta’allim karya Imam Az-Zarnuji. Dan kiat-kiat belajar di bawah ini secara keseluruhan dinukil dari kitab tersebut:
1. Mantapkan Niat Belajar
Di dalam agama Islam posisi niat ini sangatlah penting bahkan vital. Sebab dengan niat, segala apa yang dicita-citakan akan diusahakan untuk dicapainya dengan sekuat tenaga. Niat bisa menjadi pendorong atau motivator yang kuat pengaruhnya terhadap semangat belajar. Maka dari itu, setiap pelajar yang ingin belajar (atau sedang belajar) hendaknya memiliki niat seperti di bawah ini:
▫ Ingin mencari ridla Allah
▫ Ingin menggapai kebahagiaan di akhirat
▫ Ingin menghilangkan kebodohan yang ada pada dirinya
▫ Ingin menghidupkan dan melestarikan agama Islam
▫ Ingin mensyukuri nikmat akal dan kesehatan
2. Memuliakan Ilmu Beserta Ahlinya
Orang yang mencari ilmu tidak akan memperoleh ilmu dan kemanfaatannya, kecuali ia memuliakan ilmu itu beserta ahlinya dan gurunya. Sebagian dari memuliakan guru adalah: 1) tidak berjalan di depan gurunya, 2) tidak duduk di tempat duduknya, 3) tidak memulai pembi-caraan terlebih dahulu kecuali telah mendapat izinnya, 4) tidak banyak bicara, 5) tidak menga-jukan pertanyaan di saat gurunya sedang sibuk menjelaskan pelajaran, dan sebagainya.
Termasuk dari memuliakan ilmu adalah: 1) memuliakan buku-buku pelajaran. Memegang kitab dalam keadaan suci dengan cara mengambil wudlu’ terlebih dahulu. 2) tidak menyelon-jorkan kaki ke depan ke arah kitab. 3) tidak meletakkan kitab tafsir al-Qur’an di bawah kitab-kitab lain. 4) tidak meletakkan sesuatu di atas (tumpukan) kitab. 5) menambahi catatan dalam kitab dengan tulisan yang baik, yaitu jelas dan terang, tidak terlalu kecil. 6) tidak memberi catatan pinggir kecuali dalam keadaan terpaksa.
4. Menanamkan Kesungguhan, Kontinuitas, dan Cita-Cita
Seorang pelajar hendaknya memiliki kesungguhan belajar yang tinggi. Di antara indikator kesungguhan itu adalah tidak banyak tidur di waktu malam. Agar bisa kuat tidak tidur malam, hendaknya ia mengurangi porsi makanannya. Jika ingin belajar/muthala’ah, carilah waktu-waktu tertentu yang sekiranya mengandung berkah, seperti waktu di awal dan akhir malam, atau waktu antara maghrib dan isya’. Seorang pelajar bisa menekuni ilmu yang dipelajari itu pada waktu-waktu tersebut secara kontinyu atau istiqamah. Jangan selalu berpindah-pindah waktu/jam belajar, sebab memahami ilmu membutuhkan ketekunan atau kontinuitas.
5. Tatacara Belajar
Sebaiknya seorang pelajar itu berusaha sekuat tenaga memahami pelajaran yang telah diberikan oleh gurunya dengan cara memikirkan dan memperbanyak mengulang pelajaran itu. karena, meski pelajaran yang diberikan itu hanya sedikit namun mau mengulang sampai beberapa kali, sudah tentu pelajaran tersebut dapat melekat dan benar-benar paham. Dika-takan oleh sebagian ulama, bahwa hafal dua huruf itu lebih baik daripada mendengar dua lempeng, dan paham dua huruf lebih baik daripada hafal dua lempeng.
Adalah wajib bagi seorang pelajar mengadakan adu penalaran (uji kemampuan), saling bertukar pikiran, dan berdiskusi dengan teman-temannya. Musyawarah akan dapat melahirkan kebenaran. Manfaat berdiskusi dan bermusyawarah adalah lebih kuat faidahnya daripada meng-ulangi pelajaran. Karena diskusi itu di samping mengulangi pelajaran, juga dapat memperoleh ilmu baru. Dikatakan, bahwa berdiskusi satu jam lebih baik daripada mengulangi pelajaran selama satu bulan. Sebaiknya seorang pelajar itu tidak menyia-nyiakan waktunya dalam men-cari atau mengambil faidah dari siapapun saja. Di samping itu hendaknya ia tidak segan-segan bertanya tentang ilmu kepada siapa saja sembari memikirkannya. Sesungguhnya pelajar-pelajar zaman dahulu itu dikenal dengan julukan “Ma taqulu” karena mereka ringan dalam bertanya dan meminta pendapat tentang suatu ilmu. Berawal dari pertanyaan itu akhirnya terjadilah diskusi.
Sebagai pelajar hendaknya dapat membuat ketentuan daftar yang pasti dalam belajar. Misalnya, dalam setiap hari harus belajar berapa kali. Karena, untuk memperoleh keberhasilan pelajaran sehingga dapat melekat dalam hati dan tercapai dengan sukses, harus diulang dengan sungguh-sungguh. Sebaiknya dalam satu minggu, pelajaran yang telah diterima pada hari itu dipelajari atau diulang sampai lima kali. Pelajaran yang diterima kemarin (sehari sebelumnya), dipelajari (diulangi) lagi sampai empat kali. Pelajaran yang diterima dua hari sebelumnya, dipelajari sampai tiga kali. Pelajaran yang diterima tiga hari sebelumnya, dipelajari sebanyak dua kali. Dan pelajaran yang diterima empat hari sebelumnya, dipelajari satu kali. Metode ini lebih cepat untuk hafal atau paham.
Oleh karena itu, seorang pelajar tidak boleh membiasakan menganggap enteng atau remeh dalam belajar dan mengulang pelajaran. Karena sebenarnya belajar dan mengulang itu membutuhkan keteguhan hati dan kesungguhan. Di satu sisi, seorang pelajar dituntut agar tidak perlu memforsir tenaga dan pikiran secara berlebihan ketika belajar, sebab bisa jadi hanya akan melahirkan rasa bosan. Dan di sisi yang lain, pelajar hendaknya jangan sampai tertimpa penyakit “fatrah”, yaitu mengendornya semangat belajar. Hal ini sangat berbahaya bagi pelajar. Yang terbaik adalah mengambil sikap tengah-tengah sebagaimana telah dianjurkan oleh Nabi saw.
7. Waktu Belajar yang Efektif
Waktu yang paling utama dalam mencari ilmu adalah pada usia muda. Dan waktu belajar yang efektif adalah pada waktu-waktu sahur (menjelang subuh), dan waktu antara maghrib dan isya’. Kalau perlu seluruh waktunya dihabiskan untuk belajar. Caranya ialah apabila sudah merasa bosan dengan satu bidang ilmu, maka gantilah dengan ilmu yang lain. Ibnu Abbas ra kalau sudah bosan dengan satu bidang ilmu, maka dia berkata, “Ambilkan aku kitab syi’ir!”
8. Pandai-Pandai Mencari Faidah
Adapun cara memperoleh faedah itu sangat mudah sekali, yaitu: a) dalam setiap kesem-patan hendaknya selalu membawa alat tulis (bolpoin dan kertas) untuk mencatat segala apa yang didengar yang bersifat ilmiyah. Dengan begitu, faedah yang ia dapatkan tidak akan hilang secara percuma atau lupa begitu saja. Dikatakan, barangsiapa yang pernah hafal sesuatu, maka bisa jadi ia akan lupa. Akan tetapi jika apa yang dihafalkan itu dicatat, maka tidak akan terlu-pakan; b) menyempatkan diri untuk mendatangi atau sowan kepada ulama senior, lalu ambillah faedah darinya selagi masih ada kesempatan bertemu. Karena, setiap sesuatu yang sudah ber-lalu, tidak akan pernah bertemu kembali. Dalam artian, bahwa kesempatan itu hanya datang satu kali, bukan dua kali, maka pergunakanlah kesempatan itu sebaik-baiknya.
9. Bersikap Wara’ ketika Belajar
Selama seorang pelajar itu masih bersikap wara’, maka ilmunya akan lebih bermanfaat, lebih mudah belajarnya, dan lebih banyak memperoleh faedah ilmu. Di antara sikap wara’ itu adalah menjaga diri dari perut (terlalu) kenyang, terlalu banyak tidur, banyak bicara, dan sedapat mungkin tidak sampai makan jajanan pasar karena jajanan pasar itu rawan terkena najis dan kotor. Termasuk juga sikap wara’ adalah menjauhi orang yang bejat kelakuannya, suka berbuat maksiat, dan suka menganggur.
10. Teknik Menghafal
Jika seorang pelajar ingin cekatan dalam menghafal, hendaknya memperhatikan faktor-faktornya. Di antara faktor-faktor yang dapat membantu seseorang dalam menghafal pelajaran adalah: 1) bersungguh-sungguh, 2) rajin, 3) tekun dan konsisten, 4) mengurangi porsi makan, 5) membiasakan sholat malam, 6) sering-seringlah membaca al-Qur’an dengan melihat karena hal itu dapat membantu dalam menghafal, 7) hendaknya setiap selesai menunaikan shalat fardlu membaca doa, 8) memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi saw, 9) tinggalkan maksiat dalam bentuk apapun.
Di samping faktor-faktor di atas, ada tips lain yang dapat membantu seseorang cepat hafal, yaitu: 1) biasakanlah bersiwak, 2) minum madu, 3) makan getah kandar yang dicampur gula, 4) mengkonsumsi anggur merah sebanyak 21 buah dan dimakan setiap hari sebelum me-makan sesuatu. Tips tersebut di samping membantu dalam menghafal, juga dapat menyembuh-kan beberapa penyakit.
Adapun yang dapat menyebabkan lupa adalah perbuatan maksiat, banyak dosa, susah, prihatin memikirkan duniawi, terlalu sibuk, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar