Laman

Rabu, 25 Agustus 2010

MENGENAL PUISI, CERPEN, DAN DRAMA

[ PUISI ]
Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik
Unsur instrinsik yang membangun puisi adalah:
a. Tema: sesuatu yang menjadi dasar puisi, sesuatu yang menjiwai puisi, atau sesuatu yang menjadi poko masalah dalam puisi;
b. Pilihan kata atau diksi: ketepatan penggunaan kata-kata yang dapat menentukan kekuatan konsep, daya sugesti, pengimajinasian, atau ekspresi yang diungkapakn penyair;
c. Penggunaan bahasa piguratif atau majas: fungsinya adalah untuk mengahasilkan kesenangan imajinatif, menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga konsep abstrak menjadi konkret dan puisi menjadi lebih nikmat dibaca, menambah intensitas perasaan penyair, meningkatkan konsentrasi makna, dapat menyampaikan sesuatu yang luas dengan bahasa yang singkat;
d. Rima: pengulangan bunyi untuk membentuk keindahan bunyi;
e. Tipografi atau tata wajah: penataan larik atau baris-baris puisi untuk membentuk bait yang padu sehingga menimbulkan aspek kekuatan makna dan ekspresi penyair.
Adapun unsur ekstrinsik puisi adalah sebagai berikut: unsur sosial, agama, budaya, ekonomi, politik, biografi penyair, dan sebagainya.

Membaca Puisi
Ragam membaca puisi:
a. Membaca indah: pembacaan puisi yang menitik-beratkan pada ketepatan pemahaman, keindahan vokal, dan ketepatan ekspresi.
b. Deklamasi: pembacaan puisi yang menekankan pada ketepatan pemahaman, keindahan vokal, ketepatan ekspresi wajah, dan disertai gerak-gerik tubuh yang lebih bebas.
c. Dramatisasi: pembacaan puisi yang memperagakan peristiwa-peristiwa dalam puisi dengan lakuan tubuh yang sesuai. Puisi dipandang sebagai satu-kesatuan peristiwa yang dapat diperagakan dalam suatu pementasan.
d. Musikalisasi: pembacaan puisi yang diiringi dengan musik atau puisi yang dijadikan lagu atau nyanyian.
Ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi dalam membaca puisi adalah:
▫ Jelas terdengar pengucapan kata, suku kata, frasa, dan kalimatnya;
▫ Menggunakan intonasi bervariasi, berganti-ganti sesuai dengan isi puisi, baik dalam irama, tempo, dinamik, nada, maupun jeda;
▫ Membaca sampai terasa gerak bibir dan otot-otot alat suara;
▫ Menggunakan artikulasi yang jelas, cermat dan teratur;
▫ Mengusahakan penghayatan, penampilan, dan suasana yang berkarakter;
▫ Menggunakan gerak-gerik memikat, sederhana, tidak dibuat-buat namun indah;
▫ Menggunakan nafas penuh;
▫ Memanfaatkan tanda-tanda intonasi yang telas dituliskan di dalam teks;
▫ Ekspresi wajah tampak jelas dan penampilan rapi sesuai dengan maksud puisi;
▫ Melaksanakan tata tertib membaca puisi.


[ CERPEN ]

Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik
Unsur-unsur instrinsik: yang membangun cerpen:
a. Tema: gagasan atau ide sentral yang menjadi pangkal tolak sekaligus sasaran karangan tersebut.
b. Amanat: pesan yang ingin disampaikan si pengarang, biasanya terkandung secara eksplisit maupun implisit.
c. Plot/alur: sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan hukum sebab-akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, melainkan yang lebih penting adalah menjelaskan bagaimana hal itu terjadi. Biasanya alur cerita bergerak melalui 5 tahap sebagaimana berikut:
▫ Pengantar/perkenalan: lukisan keadaan yang mengantarkan pembaca pada masalah, tema, atau jalan cerita,
▫ Penampilan masalah/pertikaian: pelaku mulai menghadapi permasalahan atau konflik,
▫ Klimaks/krisis: tahap yang menggambarkan permasalahan ketika mencapai puncaknya,
▫ Anti-klimaks (penurunan/peleraian): permasalahan mulai dapat diatasi oleh tokoh atau pelaku cerita,
▫ Ending (penyelesaian masalah).
d. Penokohan: sifat-sifat atau karakter tokoh dalam cerita itu, baik karakter individu mapupun karakter sosial. Ada 2 metode dalam penggambaran tokoh, yaitu:
▫ Metode analitik: penggambaran watak secara secara langsung atau gamblang dengan jalan menyebutkan sifat-sifatnya, misalnya keras kepala, pemarah, pemalu, dsb,
▫ Metode dramatik: penggambaran watak tokoh secara samar melalui teknik berikut: a. pilihan nama (misalnya nama Kang Joko menggambarkan orang desa, sedangkan Mas Jecky mewakili orang kota), b. penggambaran fisik (misalnya dari cara berpakaian, postur tubuh, reaksi antar-tokoh, dsb), c. penggambaran melalui percakapan (misalnya melalui dialog maupun monolog).
Jadi bila diperinci secara lebih detail, maka seorang pengarang dalam melukiskan tokohnya adalah dengan melalui metode berikut:
▫ Langsung bentuk lahir tokoh
▫ Dalam pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam pikirannya
▫ Reaksi tokoh terhadap suatu kejadian
▫ Keadaan sekitar tokoh
▫ Pandangan seorang tokoh terhadap tokoh lain
▫ Dialog antar-tokoh tentang keadaan, watak, atau pribadi tokoh lain
Adapun kategori tokoh dalam cerita adalah:
▫ Protagonis: tokoh yang mempunyai sifat atau watak baik yang berperan sebagai tokoh utama maupun sebagai tokoh idaman;
▫ Antagonis: tokoh yang berperan sebagai pesaing atau penantang tokoh utama;
▫ Figuran (pembantu): tokoh yang kehadirannya mendampingi keberadaan tokoh utama.
e. Latar (setting): meliputi latar tempat, waktu, dan suasana.
f. Pusat pengisahan (sudut pandang/point of view): cara pengarang dalam menempatkan dirinya dalam cerita, yaitu dengan teknik berikut:
▫ Author-omniscient (pengarang serbatahu; sebagai orang ketiga), pengarang biasanya mengguna-kan kata “dia” untuk tokoh utama,
▫ Author-participant (pengarang turut serta mengambil bagian dalam cerita), pengarang menggu-nakan kata “aku” sebagai tokoh cerita,
▫ Author-observer (pengarang hanya sebagai peninjau, pemerhati, atau pengamat), pengarang seolah-olah tidak mengetahui jalan pikiran tokohnya hanya mengikuti apa yang dilakukan tokoh,
▫ Multiple (campur-aduk), yaitu capuran dari ketiganya.
Adapun unsur-unsur ekstrinsik yang turut membangun sebuah serpen adalah:
a. Latar belakang pengarang (biografi)
b. Latar belakang masyarakat (politik, ekonomi, sosial, agama, dan budaya)
c. Latar belakang sejarah (history)
d. Pandangan hidup pengarang

Perbedaan Cerpen dengan Novel
a. CERPEN
▫ Alur lebih sederhana
▫ Tokoh yang dimunculkan hanya beberapa orang
▫ Latar dilukiskan sepintas dan terbatas
▫ Tema mengupas masalah yang sederhana
b. NOVEL
▫ Alur lebih rumit dan panjang
▫ Tokohnya berjumlah banyak dan tokoh mengalami perubahan nasib
▫ Latar dilukiskan secara luas dan dalam waktu yang lebih lama
▫ Tema lebih kompleks



[ DRAMA ]
Definisi dan Jenis Drama
Drama adalah suatu cerita kehidupan manusia yang disajikan dengan gerak. Drama dapat pula disebut sebagai suatu bentuk cerita komflik sikap dan sifat manusia dalam bentuk dialog atau percakapan yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan gerak di hadapan pendengar atau penonton.
Menurut isinya, drama dibagi menjadi lima jenis sebagai berikut:
a. Tragedi, yaitu drama yang isinya menyedihkan karena kemalangan yang dialami oleh pelaku utamanya. Contoh: Romeo & Juliet, Roro Mendut dan Prono Citro, dan Hamlet.
b. Komedi, yaitu drama yang isinya lucu atau menggembirakan. Contoh: Tuan Amin, atau Si Kabayan
c. Tragedi dan Komedi, yaitu drama yang penuh dengan kesedihan tetapi juga ada hal-hal yang menggembirakan atau menyenangkan hati. Contoh: Api karya Usmar Ismail, Saija dan Adinda karya Multatuli
d. Opera, yaitu drama yang isinya nyanyian dan musik. Nyanyian digunakan sebagai dialog. Contoh: Julius Caesar terjemahan Moh. Yamin
e. Tablo, yaitu drama tanpa kata-kata, drama ini mirip dengan pantomim.

Menyimak Pementasan Drama
Jika kita sedang menyimak atau menikmati sebuah pementasan drama, maka hendaknya mem-perhatikan hal-hal berikut:
▫ Acting, yaitu bagai mana sang aktor memerankan tokoh yang dimainkanya apakah peniruanya berhasil. Gerak-gerik, ekspresi dan dialeknya.
▫ Vokal, yaitu pengucapannya apakah bisa terdengar ke arena penonton? Apakah karakteristik suara yang diciptakan sang aktor sesuai dengan karakter yang diperankannya? Misalnya memerankan kakek-kakek, apakah sudah seperti kakek-kakek atau belum vokalnya itu?
▫ Ekspresi, yaitu ekspresi wajah aktor, apakah sudah mewakili karakter yang dijiwainya. Sebab acting itu keluar dari dalam penjiwaan, dan akan memperlihatkan ekspresi wajah atau raut mukanya.
▫ Blocking, yaitu letak sang aktor bermain di atas panggung. Seorang aktor yang ahli bermain drama sangat memperhatikan blocking agar panggung terisi atau terkomposisi dengan baik. Karena panggung adalah arena untuk bermain, artinya untuk penyebaran acting harus mengisi semua arena panggung. Letak aktor ber-acting disebut blocking.
▫ Penata kostum, yaitu penilai terhadap kesesuaian sang aktor menggunakan kostum untuk mewakili karakternya
▫ Penata rias, yaitu sang aktor yang dirias wajahnya apakah sudah sesuai dengan karakter yang dibawakannya.
▫ Penata musik, apakah sudah sesuai dengan cerita yang dibawakannya sehingga mampu mencipta-kan suasana cerita
▫ Penata panggung atau setting, apakah sudah sesuai dengan cerita atau belum?

Apresiasi Drama
Drama adalah peniruan kehidupan. Tentu saja pijakannya adalah kehidupan si pengarang sehingga berpengaruh terhadap tulisannya. Akibatnya, berpengaruh terhadap sosiosastra (warna lokal akan terasa sekali). Warna lokal itu berupa: tema yang kedaerahan, pola penyajian cerita, atau nama-nama tokoh.
Langkah-langkah dalam mengapresiasi karya drama adalah sebagai berikut:
▫ Libatkan jiwa pembaca terhadap suatu peristiwa dalam drama,
▫ Teliti hubungan mantik (logis) antara gerak-gerik pikiran, perasaan, dan khayalnya dengan unsur-unsur drama dalam karya drama itu; teliti juga unsur-unsur drama sebagai pengungkap buah pikiran sang dramawan,
▫ Menemukan atau tidak menemukan relevansi antara buah pikiran pengarang dengan pengalaman pribadinya dan pengalaman masyarakat umum.

LEADERSHIP

OLEH: A. FAUZAN ROFIQ

MOTTO :
"لا اسلام الا بالجماعة ولا جماعة الا بالإمارة ولا امارة الا بالإمامة ولا امامة الا بالطاعة"
"الإمام رئيس القوم وخادمهم"



PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Sebuah organisasi tak pernah lepas dari kebutuhan manajemen, sebab dengan manajemen itulah organisasi tersebut akan sukses dan mencapai tujuannya. Namun sehebat apapun manajemen yang digunakan jika tidak didukung dengan kepemimpinan yang memadai, maka organisasi tersebut akan mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan. Tidaklah berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa kepemimpinan (leadership) merupakan salah satu faktor penting bahkan kunci kesuksesan sebuah organisasi (leadership is the key to anagement).
Menurut Ordway Tead dalam bukunya “The Art of Administration”, kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai segala aktivitas mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama menuju suatu tujuan yang diinginkan. Dengan kata lain, kepemimpinan adalah suatu bentuk seni pembinaan kelompok melalui human relation dan motivasi yang tepat sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerjasama untuk memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan organisasi.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa inti kepemimpinan adalah tenaga yang dapat menimbulkan kegiatan dalam hubungan antar manusia, membimbing dan membina kegiatan-kegiatan itu, mengembangkan dan menyatukannya dalam rangka mencapai tujuan yang telah disepakati. Dengan pengertian lain, kepemimpinan memiliki tiga unsur penting, yaitu:
 Kemampuan mempengaruhi
 Kemampuan menggerakkan
 Kemampuan mengarahkan dan mencapai tujuan

KEPEMIMPINAN DAN MACAMNYA
Pemimpin dalam artian leader dituntut memiliki kemampuan menciptakan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif, menjadi motivator, fasilitator, stabilisator, mobilisator, dan sebagainya. Kepemimpinan dapat dibedakan menjadi :
 Kepemimpinan birokrasi
 Kepemimpinan organisasi sosial-politik
 Kepemimpinan keagamaan
 Kepemimpinan pribadi

FUNGSI KEPEMIMPINAN
Secara umum, kepemimpinan mmemiliki 6 (enam) fungsi :
1. Fungsi pengembangan imajinasi, yaitu mengembangkan imajinasi anggota dan bawahannya sehingga mereka bisa memiliki kepekaan terhadap masalah yang sedang dan mungkin terjadi.
2. Fungsi pengembangan kesetiaan dan integritas, yaitu bertanggung-jawab untuk mengem-bangkan kesetiaan anggota terhadap organisasi atau lembaga serta menumbuh-kembangkan rasa setia kawan dan kebersamaan di antara sesama anggota (soliditas dan solidaritas)
3. Fungsi pemrakarsa kegiatan, yaitu mampu merencanakan dan mengarahkan berbagai kegi-atan organisasi. Setiap rencana dirumuskan sedemikian rupa sehingga mudah untuk dilaksa-nakan dan bisa diterima oleh bawahan dan anggota, dan benar-benar sesuai dengan tujuan yang ada.
4. Fungsi pelaksanaan keputusan, yaitu dapat melaksanakan keputusan secara bijaksana, tepat waktu dan tepat sasaran.
5. Fungsi pengawasan, yaitu mengawasi setiap kegiatan agar tepat waktu, tepat sasaran, mela-lui cara yang efektif dan efisien.
6. Fungsi pengintegrasian kegiatan, yaitu mampu mengkoordinasikan dan mengintegrasikan se-gala kegiatan ke dalam satu-kesatuan yang utuh, saling kait-mengkait diarahkan pada tujuan organisasi.

KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN
Minimal, seorang pemimpin harus memiliki dua keterampilan, yaitu keterampilan teknis (technical skill) dan keterampilan manajerial (managerial skill). Selain itu tentunya harus me-miliki kemampuan intelektualitas yang memadai sehingga bisa mendukung keduanya. Ada yang mengatakan bahwa kedua keterampilan tersebut tidak sempurna tanpi dilengkapi dengan keca-kapan kemanusiaan (humanity skill). Keterampilan teknis berhubungan dengan kegiatan dan tindakan yang bersifat operasional dan lapangan, sedangkan keterampilan manajerial berhubu-ngan dengan cara mempengaruhi dan menggerakkan orang lain, mengabil keputusan, menentu-kan kebijakan, membina, mengembangkan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan yang ada; yang direncanakan, yang sedang dan akan dilaksanakan. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi, maka semakin dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan mana-jerial dan konseptual yang lebih besar dibanding dengan keterampilan teknis dan operasional.

TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
Tipe Otokratis :
 Menganggap organisasi milik dirinya sendiri
 Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
 Menganggap bawahan sebagai alat/robot semata
 Anti kritik
 Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya
 Memaksakan kehendak dan menghukum
 Tidak menghormati hak-hak oramng lain
Tipe Militeris :
 Lebih sering menggunakan sistem pemerintah
 Selalu bergantung pada pangkat dan jabatannnya
 Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan
 Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku pada bawahan
 Sulit menerima teguran dan kritikan
 Menyukai ceremonial dalam berbagai keadaan
Tipe Paternalistis :
 Menganggap bawahannya sebagai anak kecil
 Bersikap terlalu melindungi (overly protective)
 Jarang memberikan kesempatan bagi bawahannya untuk mengambil inisiatif dan keputusan
 Sering bersikap maha tahu
Tipe Kharismatik :
 Memiliki daya tarik dan simpatik yang besar
 Diberkahi (supernatural powers)
 Punya sugesti yang tinggi
 Kekayaan, umur, kesehatan dan postur tubuh
Tipe Demokratis :
 Bertitik tolak pada kemanusiaan dan manusiawi
 Bisa mensinkronisasikan antara kepentingan pribadi dan organisasi
 Senang menerima saran dan kritik
 Dalam mencapai lebih menutamakan team work dan musyawarah mufakat
 Memberikan kesempatan pada bawahannya untuk berinisiatif, berkreasi, bahkan perbuatan salah dianggap sebagai proses
 Berusaha agar bawahannya lebih sukses daripada dirinya
 Tidak statis dan giat mengembangkan bakat serat kapasitas pribadinya sebagai pemimpin
Tipe Liberal :
 Kurang bertanggung-jawab
 Bebas tanpa pengendalian
 Percaya berlebih-lebihan kepada bawahannya tanpa pengarahan dan bimbingan

ASAS-ASAS KEPEMIMPINAN
1. Taqwa
2. Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangon karso, tut wuri handayani (memberi suri teladan pada bawahannya, ikut bergiat serta menggugah semangat bawahannya, sanggup mempe-ngaruhi dan memberikan dorongan dari belakang)
3. Waspada purba wasesa (selalu awas dan siap memberikan koreksi)
4. Ambeg prama arta (dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan)
5. Prasja (sederhana tidak berlebih-lebihan dalam sikap dan tingkah laku)
6. Satya, gemi nastiti (setia, dan berhati-hati dengan segala kesadaran tinggi)
7. Belaka, legawa ( kemauan, kerelaan dan keikhlasan, keberanian dan berlapang dada penuh toleransi)

KIAT SUKSES BELAJAR

KIAT SUKSES BELAJAR (DI PESANTREN)
Oleh : A. Fauzan Rofiq



A. Pendahuluan
Sudah seharusnya manusia hidup tumbuh dan berkembang. Dengan pertumbuhan dan perkembangan itu dapat mengadakan penyesuaian dengan lingkungannya dan dapat menjawab segala permasalahan yang datang. Sudah sepatutnya manusia mengalami perubahan tingkah laku. Dengan perubahan-perubahan tingkah laku itu manusia akan mampu mencari dan me-nemukan kesejahteraan hidupnya. Suatu usaha agar kita senantiasa tumbuh, berkembang dan berubah adalah belajar.
Namun demikian kita masih sulit menentukan apakah belajar itu dan bagaimana proses guna menciptakan kondisi belajar, sehingga membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Ba-nyak orang beranggapan, bahwa belajar adalah menuntut ilmu, menyerap pengetahuan, meru-bah tingkah laku dan sebagainya. Tapi apakah dengan belajar semacam ini orang menjadi tum-buh dan berkembang. Jika demikian bahwa orang yang belajar itu tak ubahnya seperti sebuah benjana kosong yang perlu diisi. Apabila bejana itu diisi sebanyak-banyaknya, berapa yang dapat masuk. Dari sebanyak yang masuk tentunya sesuai dengan daya tampung bejana itu.

B. Makna Belajar
Definisi tentang makna “belajar” sangat banyak dan beragam. Di bawah ini pendapat beberapa tokoh:
Menurut James G. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai “Proses dimana ting-kah laku ditimbulkan atau dirubah melalui latihan atau pengalaman.” (Wasty Soemanto, 1989: 130)
L. Kungsky mengatakan, “Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau dirubah melalui praktek atau latihan.” (Ibid, 1999: 131)
Bilgard mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu aktivitas ditimbulkan atau Dirubah melalui prosedur latihan, apakah itu di laboratorium atau lingkungan alam, sebagaimana juga terutama dari perubahan-perubahan oleh beberapa faktor yang tidak dianggap berasal dari latihan. (S. Nasution, 1989: 58)
Dengan demikian jelaslah tujuan belajar, yaitu sebagai sasaran yang hendak dicapai, meliputi: “Pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecekatan pembentukan sikap dan perbuatan. (Winarno Surachman, 1979: 50)
Prof. Bloom mengemukakan bahwa pengajaran itu harus mencakup tiga domains (bidang) tingkah laku manusia, yakni: “Memperoleh pengetahuan, memiliki suatu keterampilan, mempunyai sikap tertentu.” (Team Didaktik Metodik IKIP Surabaya, 1981: 29).
Apapun definisi tentang belajar itu, yang jelas belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kuali-tatif individu, sehingga tingkah lakunya berkem-bang. Semua aktivitas dan proses hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar.

C. Bagaimana Seharusnya Belajar?
Ketika kita belajar, hendaknya menyiapkan segala sesuatunya yang sekiranya dapat mem-bantu dan mendukung aktivitas belajar tersebut. Di antaranya adalah:
a. Penyediaan Fasilitas Belajar
Syarat utama dalam belajar dengan sebaik-baiknya ini meliputi keadaan sekeliling tempat belajar dan keadaan jasmani siswa. Syarat untuk dapat belajar dengan sebaik-baik-nya ialah tersedianya tempat belajar siswa. Sebuah keberhasilan belajar itu banyak dipe-ngaruhi oleh adanya kesediaan fasilitas belajar yang harus dipenuhi oleh orang tua adalah:
1) Tempat belajar
Menurut The Liang Gie, bahwa salah satu syarat untuk dapat belajar dengan sebaik-baiknya ialah tersedianya tempat belajar. Tempat tersebut sekiranya dapat membuat suasana yang mendukung konsentrasi belajar.
2) Penerangan cahaya yang cukup
Syarat lain untuk belajar dengan baik ialah yang diberikan oleh cahaya matahari karena warnanya yang putih dan sangat intensif. Untuk kamar belajar penerangan yang terbaik ialah apabila di atas dipasang lampu yang memberikan penerangan tak langsung untuk menerangi seluruh kamar, sehingga sifatnya merata dan tidak menimbulkan bayangan, penerangan yang secara tidak langsung benar-benar bersifat lemah sehingga tidak begitu cepat menimbulkan kelelahan pada mata.
3) Alat-alat pelajaran
Belajar tidak dapat pula dilakukan tanpa adanya alat-alat belajar secukupnya, semakin lengkap alat-alat itu semakin dapat orang belajar yang tidak terganggu. Di samping buku pelajaran, alat-alat yang harus dimiliki sendiri oleh setiap siswa misalnya boll point, penggaris, penghapus, notes dan buku literatur lainnya. The Liang Gie berpendapat, “Semakin lengkap alat tulis atau perlengkapan belajar seorang anak, semakin ia belajar dengan lebih baik.” (1986:47)
b. Mengatur waktu belajar
Mengatur waktu belajar sangat besar manfaatnya. Mengatur berarti membagi waktu kegiatan dan porsi belajar sehari-hari. Dalam hal ini, yang sangat dibutuhkan adalah kedisip-linan dan konsistensi.
c. Berdiskusi/belajar kelompok
Berdiskusi termasuk salah satu akivitas belajar yang sangat membantu pemahaman dan pendalaman materi pelajarn. Dengan berdiskusi, seseorang akan dapat menggali dan mem-peroleh informasi yang lebih serta dapat mengukur tingkat pencapaian belajarnya.
d. Pengawasan Kesehatan
Dari keadaan sekeliling tempat belajar setiap anak perlu berlatih memperhatikan jas-maninya untuk dapat belajar dengan baik anak harus mempunyai tubuh yang sehat, tanpa jasmani yang sehat pikirannya tidak akan belajar dengan baik. Betapapun cerdas dan rajin-nya anak itu, tetapi kalau ia sakit pasti sukar sekali untuk memperoleh kemajuan dalam pelajaranya, keadaan fisik yang lemah merupakan penghalang yang sangat berat untuk dapat menyelesaikan pelajaran di sekolah. Berhubungan dengan itu maka orang tua harus menjaga kesehatan anak secara teratur. Gejala-gejala kecil yang menunjukkakan adanya gangguan terhadap kesehatan badannya harus diberi perhatian sepenuhnya.

D. Metode Belajar Efektif dan Berbarokah
Dalam konteks kepesantrenan yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan agama, juga memiliki kiat-kiat belajar sekses dan barokah. Kiat-kiat itu hampir selalu merujuk pada kitab Ta’limul Muta’allim karya Imam Az-Zarnuji. Dan kiat-kiat belajar di bawah ini secara keseluruhan dinukil dari kitab tersebut:
1. Mantapkan Niat Belajar
Di dalam agama Islam posisi niat ini sangatlah penting bahkan vital. Sebab dengan niat, segala apa yang dicita-citakan akan diusahakan untuk dicapainya dengan sekuat tenaga. Niat bisa menjadi pendorong atau motivator yang kuat pengaruhnya terhadap semangat belajar. Maka dari itu, setiap pelajar yang ingin belajar (atau sedang belajar) hendaknya memiliki niat seperti di bawah ini:
▫ Ingin mencari ridla Allah
▫ Ingin menggapai kebahagiaan di akhirat
▫ Ingin menghilangkan kebodohan yang ada pada dirinya
▫ Ingin menghidupkan dan melestarikan agama Islam
▫ Ingin mensyukuri nikmat akal dan kesehatan
2. Memuliakan Ilmu Beserta Ahlinya
Orang yang mencari ilmu tidak akan memperoleh ilmu dan kemanfaatannya, kecuali ia memuliakan ilmu itu beserta ahlinya dan gurunya. Sebagian dari memuliakan guru adalah: 1) tidak berjalan di depan gurunya, 2) tidak duduk di tempat duduknya, 3) tidak memulai pembi-caraan terlebih dahulu kecuali telah mendapat izinnya, 4) tidak banyak bicara, 5) tidak menga-jukan pertanyaan di saat gurunya sedang sibuk menjelaskan pelajaran, dan sebagainya.
Termasuk dari memuliakan ilmu adalah: 1) memuliakan buku-buku pelajaran. Memegang kitab dalam keadaan suci dengan cara mengambil wudlu’ terlebih dahulu. 2) tidak menyelon-jorkan kaki ke depan ke arah kitab. 3) tidak meletakkan kitab tafsir al-Qur’an di bawah kitab-kitab lain. 4) tidak meletakkan sesuatu di atas (tumpukan) kitab. 5) menambahi catatan dalam kitab dengan tulisan yang baik, yaitu jelas dan terang, tidak terlalu kecil. 6) tidak memberi catatan pinggir kecuali dalam keadaan terpaksa.
4. Menanamkan Kesungguhan, Kontinuitas, dan Cita-Cita
Seorang pelajar hendaknya memiliki kesungguhan belajar yang tinggi. Di antara indikator kesungguhan itu adalah tidak banyak tidur di waktu malam. Agar bisa kuat tidak tidur malam, hendaknya ia mengurangi porsi makanannya. Jika ingin belajar/muthala’ah, carilah waktu-waktu tertentu yang sekiranya mengandung berkah, seperti waktu di awal dan akhir malam, atau waktu antara maghrib dan isya’. Seorang pelajar bisa menekuni ilmu yang dipelajari itu pada waktu-waktu tersebut secara kontinyu atau istiqamah. Jangan selalu berpindah-pindah waktu/jam belajar, sebab memahami ilmu membutuhkan ketekunan atau kontinuitas.
5. Tatacara Belajar
Sebaiknya seorang pelajar itu berusaha sekuat tenaga memahami pelajaran yang telah diberikan oleh gurunya dengan cara memikirkan dan memperbanyak mengulang pelajaran itu. karena, meski pelajaran yang diberikan itu hanya sedikit namun mau mengulang sampai beberapa kali, sudah tentu pelajaran tersebut dapat melekat dan benar-benar paham. Dika-takan oleh sebagian ulama, bahwa hafal dua huruf itu lebih baik daripada mendengar dua lempeng, dan paham dua huruf lebih baik daripada hafal dua lempeng.
Adalah wajib bagi seorang pelajar mengadakan adu penalaran (uji kemampuan), saling bertukar pikiran, dan berdiskusi dengan teman-temannya. Musyawarah akan dapat melahirkan kebenaran. Manfaat berdiskusi dan bermusyawarah adalah lebih kuat faidahnya daripada meng-ulangi pelajaran. Karena diskusi itu di samping mengulangi pelajaran, juga dapat memperoleh ilmu baru. Dikatakan, bahwa berdiskusi satu jam lebih baik daripada mengulangi pelajaran selama satu bulan. Sebaiknya seorang pelajar itu tidak menyia-nyiakan waktunya dalam men-cari atau mengambil faidah dari siapapun saja. Di samping itu hendaknya ia tidak segan-segan bertanya tentang ilmu kepada siapa saja sembari memikirkannya. Sesungguhnya pelajar-pelajar zaman dahulu itu dikenal dengan julukan “Ma taqulu” karena mereka ringan dalam bertanya dan meminta pendapat tentang suatu ilmu. Berawal dari pertanyaan itu akhirnya terjadilah diskusi.
Sebagai pelajar hendaknya dapat membuat ketentuan daftar yang pasti dalam belajar. Misalnya, dalam setiap hari harus belajar berapa kali. Karena, untuk memperoleh keberhasilan pelajaran sehingga dapat melekat dalam hati dan tercapai dengan sukses, harus diulang dengan sungguh-sungguh. Sebaiknya dalam satu minggu, pelajaran yang telah diterima pada hari itu dipelajari atau diulang sampai lima kali. Pelajaran yang diterima kemarin (sehari sebelumnya), dipelajari (diulangi) lagi sampai empat kali. Pelajaran yang diterima dua hari sebelumnya, dipelajari sampai tiga kali. Pelajaran yang diterima tiga hari sebelumnya, dipelajari sebanyak dua kali. Dan pelajaran yang diterima empat hari sebelumnya, dipelajari satu kali. Metode ini lebih cepat untuk hafal atau paham.
Oleh karena itu, seorang pelajar tidak boleh membiasakan menganggap enteng atau remeh dalam belajar dan mengulang pelajaran. Karena sebenarnya belajar dan mengulang itu membutuhkan keteguhan hati dan kesungguhan. Di satu sisi, seorang pelajar dituntut agar tidak perlu memforsir tenaga dan pikiran secara berlebihan ketika belajar, sebab bisa jadi hanya akan melahirkan rasa bosan. Dan di sisi yang lain, pelajar hendaknya jangan sampai tertimpa penyakit “fatrah”, yaitu mengendornya semangat belajar. Hal ini sangat berbahaya bagi pelajar. Yang terbaik adalah mengambil sikap tengah-tengah sebagaimana telah dianjurkan oleh Nabi saw.
7. Waktu Belajar yang Efektif
Waktu yang paling utama dalam mencari ilmu adalah pada usia muda. Dan waktu belajar yang efektif adalah pada waktu-waktu sahur (menjelang subuh), dan waktu antara maghrib dan isya’. Kalau perlu seluruh waktunya dihabiskan untuk belajar. Caranya ialah apabila sudah merasa bosan dengan satu bidang ilmu, maka gantilah dengan ilmu yang lain. Ibnu Abbas ra kalau sudah bosan dengan satu bidang ilmu, maka dia berkata, “Ambilkan aku kitab syi’ir!”
8. Pandai-Pandai Mencari Faidah
Adapun cara memperoleh faedah itu sangat mudah sekali, yaitu: a) dalam setiap kesem-patan hendaknya selalu membawa alat tulis (bolpoin dan kertas) untuk mencatat segala apa yang didengar yang bersifat ilmiyah. Dengan begitu, faedah yang ia dapatkan tidak akan hilang secara percuma atau lupa begitu saja. Dikatakan, barangsiapa yang pernah hafal sesuatu, maka bisa jadi ia akan lupa. Akan tetapi jika apa yang dihafalkan itu dicatat, maka tidak akan terlu-pakan; b) menyempatkan diri untuk mendatangi atau sowan kepada ulama senior, lalu ambillah faedah darinya selagi masih ada kesempatan bertemu. Karena, setiap sesuatu yang sudah ber-lalu, tidak akan pernah bertemu kembali. Dalam artian, bahwa kesempatan itu hanya datang satu kali, bukan dua kali, maka pergunakanlah kesempatan itu sebaik-baiknya.
9. Bersikap Wara’ ketika Belajar
Selama seorang pelajar itu masih bersikap wara’, maka ilmunya akan lebih bermanfaat, lebih mudah belajarnya, dan lebih banyak memperoleh faedah ilmu. Di antara sikap wara’ itu adalah menjaga diri dari perut (terlalu) kenyang, terlalu banyak tidur, banyak bicara, dan sedapat mungkin tidak sampai makan jajanan pasar karena jajanan pasar itu rawan terkena najis dan kotor. Termasuk juga sikap wara’ adalah menjauhi orang yang bejat kelakuannya, suka berbuat maksiat, dan suka menganggur.
10. Teknik Menghafal
Jika seorang pelajar ingin cekatan dalam menghafal, hendaknya memperhatikan faktor-faktornya. Di antara faktor-faktor yang dapat membantu seseorang dalam menghafal pelajaran adalah: 1) bersungguh-sungguh, 2) rajin, 3) tekun dan konsisten, 4) mengurangi porsi makan, 5) membiasakan sholat malam, 6) sering-seringlah membaca al-Qur’an dengan melihat karena hal itu dapat membantu dalam menghafal, 7) hendaknya setiap selesai menunaikan shalat fardlu membaca doa, 8) memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi saw, 9) tinggalkan maksiat dalam bentuk apapun.
Di samping faktor-faktor di atas, ada tips lain yang dapat membantu seseorang cepat hafal, yaitu: 1) biasakanlah bersiwak, 2) minum madu, 3) makan getah kandar yang dicampur gula, 4) mengkonsumsi anggur merah sebanyak 21 buah dan dimakan setiap hari sebelum me-makan sesuatu. Tips tersebut di samping membantu dalam menghafal, juga dapat menyembuh-kan beberapa penyakit.
Adapun yang dapat menyebabkan lupa adalah perbuatan maksiat, banyak dosa, susah, prihatin memikirkan duniawi, terlalu sibuk, dan sebagainya.